Minggu, 18 Juli 2021

PLN membantu meningkatkan konsumsi daya di era energi bersih

 PLN membantu meningkatkan konsumsi daya di era energi bersih

 PLN menyadari pentingnya beralih ke energi bersih untuk memastikan masa depan yang lebih baik dari generasi sekarang dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Zulkifli Zaini, Presiden Direktur dan Dirut PLN, mengatakan dalam berbagai diskusi, banyak pihak yang tampaknya hanya fokus pada sisi suplai. Padahal, pengembangan EBT di Indonesia perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti keseimbangan supply and demand, potensi energi lokal, efisiensi, keandalan, ketahanan dan keberlanjutan energi nasional.

 Mari kita bicara tentang pasokan dan permintaan listrik secara lebih rinci. Keseimbangan agar pengembangan pasokan dapat dibeli dengan permintaan yang cukup. Bagaimana mendorong kompor induksi dan kendaraan listrik untuk meningkatkan konsumsi listrik? 15 Juli 2021). Zulkifli menyebutkan, saat ini ukuran sektor ketenagalistrikan 300 terawatt (TWh) dan kapasitas terpasang 63 gigawatt (GW). Sebagai bagian dari proyek 35 GW, masih ada 21 GW instalasi bahan bakar fosil yang akan beroperasi hingga perjanjian jual beli listrik (PPA) berakhir.

 Dengan asumsi peningkatan konsumsi listrik sebesar 4,6%, maka kebutuhan listrik pada tahun 2060 akan mencapai 1.800 TWh.Di sisi pasokan, kapasitas 1.500 TWh akan ditambahkan pada tahun 2060, yang berarti lima kali lipat dari kapasitas listrik tahun ini. Dalam hal ini, diharapkan pembangkit listrik akan meningkat untuk mengisi kesenjangan permintaan, dan EBT akan mendominasi pasokan listrik. Menyikapi perubahan iklim, lanjut Zulkifli, PLN juga berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon dioksida pada tahun 2060. Jalur ini melewati rencana transisi EBT dan bergeser ke impor energi domestik. “Kami sedang menyusun roadmap dekomisioning PLTU batubara untuk mencapai netralisasi karbon dioksida pada 2060. Pada 2056, fase monetisasi PLTU 50,1 GW akan dilakukan dan secara bertahap digantikan oleh EBT,” ujarnya. kata. Zukifi.

 Untuk pembangunan pembangkit listrik, EBT PLN akan melanjutkan dengan hati-hati. Jika Anda berada di dekatnya, silakan masuk. Jika daya melebihi kapasitas, pembangkit EBT tidak dapat dibangun.Untuk itu, Zulkifili mengingatkan ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan EBT ke depan. “Salah satunya koordinasi supply and demand. Kedua, aksesibilitas, dan tentu saja aspek lingkungan.” Ke depan, kami akan fokus pada pengembangan EBT di pedesaan dan kawasan timur Indonesia. "Dalam sistem energi dengan cadangan besar, kemungkinan koordinasi supply and demand harus dipertimbangkan.

 Pada saat yang sama, kami berharap dapat membangun pembangkit EBT untuk pembangkit baru di Indonesia bagian timur. Beberapa di antaranya akan dikonversi menjadi EBT. "Kami akan dialihkan dari PLTD ke EBT sebanyak 2.130 kursi. Pada tahap pertama, PLTD 200 MW akan dikonversi menjadi EBT," katanya.Selain itu, PLN melaksanakan program green booster melalui sharing yaitu H. Mengganti sebagian batubara dengan biomassa dan limbah partikulat dari pembangkit listrik. Inovasi ini akan diimplementasikan di PLTU eksisting senilai 53 zloty.

 Hal ini tidak hanya akan meningkatkan komposisi energi tak terbarukan, tetapi juga menyelesaikan masalah sampah dan memutar roda perekonomian daerah. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana (Dadan Kusdiana) juga menyampaikan peta pengembangan EBT atas nama Menteri ESDM Arifin Tasrif. Indonesia mencapai 417,8 GWh. Pada saat yang sama, tingkat utilisasi total hanya mencapai sekitar 2,5% atau setara dengan 10,4 GW. Dalam rangka transisi ke energi bersih, pemerintah atas inisiatif Kementerian ESDM menyiapkan beberapa klausul tambahan berupa keputusan menteri sebelum UU EBT. Kongres Rakyat. Ada juga berbagai insentif, seperti keringanan pajak bebas pajak. Dari sisi pendanaan, Dadan mengatakan model pendanaan yang paling menarik adalah energi bersih, khususnya EBT.